Sabtu, Juni 07, 2008

Cantik Tak Harus Putih


"Cantik adalah konstruksi sosial belaka"
--- Dian Sastro Wardoyo.

Kutipan di atas penah terucap oleh Dian Sastro tatkala bincang-bincang soal kecantikan di salah satu stasiun TV swasta. Yang mengkritisi obesesi kecantikan orang-orang Indonesia yang melihatnya dari luarnya saja.

Ya. Akhir-akhir ini banyak iklan televisi mengenai produk-produk kecantikan yang menjanjikan merubah kulit menjadi lebih putih hanya dalam beberapa minggu, entah Pond White Lotion, Citra White, Emeron White, Sari Ayu White dan lain sebagainya dengan model-model cantik berkulit bersih yang pada intinya mengajak masyarakat untuk berkulit putih.

Kulit putih menjadi obsesi kecantikan orang Indonesia. Cantik adalah putih, itulah yang selalu dicitrakan oleh media maupun kebanyakan orang. Di sinetron-sinetron televisi banyak juga artis-artis yang menngkonstruksikan bahwa wanita cantik adalah wanita berparas putih, semampai, hidung mancung, gaya bahasanya agak keingris-ingrisan, yang seakan-akan seperti postur perempuan-perempuan barat.

Sehingga dalam banyak sinetron yang memasang perempuan Indo yang lebih mengandalkan fisik dari pada acting yang bagus. Dan bahkan banyak juga artis-artis Indonesia yang menikah dengan orang barat.

Dari pencitaan yang disampaikan media tersebut, secara kritis dimanfaatkan oleh perngusaha kecantikan untuk membuat produk yang bisa membuat kulit menjadi putih, dan anehnya masyarakat menerima dengan mentah pencitraan tersebut, sehingga banyak perempuan larut dan bahkan ketagihan untuk menggunakan produk-produk pemutih.

Idealime Kecantikan
Padahal kalau mau menginstropeksi diri sendiri, setiap bangsa, budaya punya karakter kulit tersendiri dan punya idealisme kecantikannya tersendiri. Di Indonesia khususnya Jawa, masyarakatnya mempunyai ciri khas kulit kuning langsat atau sawo matang. Di kalangan elit Jawa sendiri juga tidak mendambakan kulit putih, bahkan putri-putri keraton untuk menjadi cantik dia mendambakan kulitnya untuk menjadi kulit langsat.

Cantik sesungguhnya adalah suatu yang abstrak. Dalam literatur Jawa, idealisme kecantikan bukan terletak pada fisik semata, tetapi penggambarannya terletak pada metafora-metafora alam yang meninsyaratkan akan keindahan.

Dalam Sarat Kakawin yang ditulis ulang oleh Helen Creese yang berjudul The Embodiment of Female Beauty in Kakawin literature. Literature yang berisi tentang kumpulan puisi ini yang dulu dikenal dengan nama Dwi Dwipa, pada zaman ketika budaya jawa belum mempuyai hubungan kontrak dengan budaya barat/Eropa.
Dalam buku tersebut menggambarkan idealitas kecantikan peempuan melalui puisi, dalam salah satunya kutipan misalnya: Daun asoka adalah pinggangmu/ indahnya kuning kelapa gading seindah payudaramu/ indahnya lambaian tanaman gadung adalah juntai tanganmu/teratai biru adalah indah matamu/remang bulan seperti berganti siang karena kecantikanmu/merana karena hilangnya cahaya/berapapun banyaknya puisi yang ada di muka bumi ini/ takkan pernah cukup untuk melukiskan pesona kecantikanmu/.
Kesan jelas yang bisa dilihat dari kutipan puisi di atas adalah bersifat metaforis, yang menggunakan benda-benda alamiah seperti bunga, daun asoka, kelapa gadng, teratai untuk melukiskan keindahan pesona kecantikan fisik seorang perempuan yang semuanya itu bersifat abstrak dan tidak menunjukkan karakter warna.
Adapun menganai idealime kulit cantik orang jawa seperti disebutkan dalam buku tersebut melalui kutipan puisinya tertulis: tangganya panjang seperti seperti pangkian anak panah/rambutnya gelombang dan hitam sekali/giginya seperti biji buah mentimun/tubuhnya langsing kuat/ warna kulitnya kuning seperti kunyit/ matanya sering berkedip seperti bila tertiup angin/anak rambutnya banyak/semua itu menambah pesona ayumu/.
Dalam kutipan tersebut jelas disebutkan bahwa cantik orang jawa adalah jika mempunyai kulit kuning seperti kunyit bukan putih seperti yang dicitrakan oleh produk-produk iklan masa kini.
Jika media mencitrakan cantik itu putih, itu hanya sebuah bentuk kolonialsme baru yang manganjurkan perempuan Indonesia untuk berkulit putih melalui hegemoni media.
Orang Indonesia punya karekter sendiri, punya idealisme kecantikan tersendiri. wisatawan-wasatawan manca negara yang berkunjung ke Indonesia saja sukanya berjemur di pantai dengan harapan bisa menggelapkan kulit putihnya, justru orang Indonesia ingin memutihkan kulitnya.
Sudah saatnya perempuan Indonesia kritis terhadap media dan kritis produk-produk kecantikan yang di tawarkan oleh perusahan pembuat kecantikan, bukan saatnya lagi menerima secara mentah-mentah.
Cantik tak harus putih, dalam sebuah filsafat Coufusius mengatakan bahwa Everything has beauty, but not everyone sees it.(Semuanya mempunyai kecantikan, tetapi tidak semua orang dapat melihatnya). Beauty is in the eye of the beholder. tanpa hati dan perilaku yang baik, kulit putih dan paras cantik bukan berarti apa-apa. [Amin Fauzi]


3 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
http://kecantikan.infogue.com/
http://kecantikan.infogue.com/cantik_tak_harus_putih

anda bisa promosikan artikel anda di www.infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

evil dan mengatakan...

halo, saya izin link tulisan ini ke blog saya. tengkyu.

Richa Miskiyya mengatakan...

Tu kan...kamu aja mengakui cantik gak harus putih...
kaya icha dunk,gak putih tapi tetep pede, semua dari hati bro!!!