Tulisan ini di muat juga di harian Suara merdeka pada Kamis, 30 Oktober 2008
Rabo, 8 Oktober 2008 kemarin, Api Abadi Mrapen menjadi bukti sejarah lagi. Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih menyalakan obor yang diambil dari api Mrapen, kemudian diserahkan kepada panitia Bali Asean Beach games (BABG) 2008 yang rencananya diikuti oleh 45 negara dan akan dilaksanakan pada 18-26 Oktober 2008 di Bali.
Pengambilan api abadi ini juga diiringi oleh prosesi rutual dan pertunjukan tari
daerah yang digelar di daerah kompleks api abadi Mrapen.
Ya. Komplkes ini terletak di antara jalan Semarang-Purwodadi kira-kira KM 26 dari dari arah Semarang, tepatnya di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. Di komplek ini anda akan menemukan beberapa keanehan alam yang dapat anda nikmati, yaitu api abadi yang merupakan pesona keluarnya api dari dalam tanah yang tidak pernah padam sekalipun turun hujan.
Tidak jauh dari sumber api abadi, terdapat sendang dudo, yaitu sumber air berdiameter 3 meter, kedalaman lebih kurang 2 meter. dimana airnya senantiasa kelihatan mendidih tetapi tidak panas. Letupan air itu akan menyala kalau kena api dipermukaan air.
Menurut penelitian air tersebut banyak mengandung mineral dan zat-zat kimia. Air yang dilihat keruh bila dimasukkan kedalam sebuah gelas, akan berubah wujud menjadi bening. Konon sampai sekarang air tersebut mempunyai keajaiban untuk menyembuhkan orang yang menderita penyakit gatal-gatal.
Di dekat titik sumber api juga terdapat sebuah bangunan yang di dalamnya tersimpan sebuah batu umpak atau "batu bobot" yang oleh masyarakat setempat sering kali dikeramatkan.
Wisata Agama dan Budaya
Selain itu, Api Mrapen juga memiliki hikayat dan sejarah panjang. Apinya sudah lama dikenal sebagai sumber api banyak kegiatan olah raga dan budaya di Indonesia.
Seperti pesta Olah Raga Internasional Ganefo I tanggal 1 November 1963. Pekan Olahraga Nasional (PON) mulai PON X tahun 1981, POR PWI tahun 1983, HAORNAS, Upacara hari raya Waisak dan pembukaan Bali Asean Beach Games pada 8 Oktober kemarin.
Tidak hanya proses keanehan alam yang terjadi ditempat ini, tetapi juga punya nilai sejarah budaya atas terciptanya tempat ini. Yaitu tempat dimana besalennya Empu Supo. Api abadi adalah tempat untuk membakar besi, sumber airnya untuk "menyepuh", sedangkan batu bobotnya untuk menempa keris pusaka. Menurut masyarakat setempat Empu Supo adalah Empu dari Majapahit yang turut pindah ke Kerajaan Demak.
Tempat ini terkenal sebagai Obyek Wisata Api Abadi Mrapen yang pernah nampak indah tertata rapi dan banyak pengunjung sekitar 10 tahun silam.
Perlu Perhatian Lebih
Namun keberadaanya saat ini sangat memprihatinkan, kondisi dalam area maupun sekitar wisata tersebut nampak kumuh, terlihat tidak pernah dirawat oleh yang berwenang. berbagai kegiatan juga tak menyentuh tempat ini, masyarakat juga jarang sekali melirik tempat ini apalagi mengunjunginya. Bahkan image masayarakat terhadap objek wisata tersebut sangat negatif dibanding Objek Dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di luar kota lain.
Sudah selayaknya tempat ini dilirik kembali, karena bisa dibilang wisata di daerah Grobogan sangatlah minim dibandingkan dengan daerah lain. itupun tingkat perhatian dan prosantase pengunjungnya sangatlah minim.
Untuk memulihkan kembali wisata tersebut, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada upaya keras dan berbagai kerja sama antar pihak untuk memangun kembali wisata alam ini.
Pemerintah tidak bisa berdiri sendiri dalam mengambangkannya. Akan tetapi juga harus ada kerja sama antar pihak baik itu pemilik, pemerintah maupun mendatangkan investor untuk sama-sama memajukan wisata tersebut. Terlebih juga dukungan masyarakat setempat untuk merawatnya.
Karena kalau melihat kondisi Wisata Api Abadi Mrapen saat ini, hal yang mesti dilakukan utama adalah pembangunan fisik, baik itu fasilitas maupun penambahan permainan, dengan harapan bila pengunjung hadir tidak hanya melihat wisata alam tersebut, akan tetapi bisa menikmati fasilitas lain yang di tawarkan.
Pembangunan itu butuh modal besar, karena banyak fasilitas yang perlu diperbaiki. Sehingga butuh dana besar untuk bisa memberikan sesuatu yang lebih tersebut. Disinalah peran investor sangat diperlukan untuk menggait dana pembangunan. dengan harapan setelah ada dana bisa memperaiki fasilitas yang ditawarkan.
Karena bicara objek wisata sama seperti halnya menjual barang dagangan. Pembeli atau pengunjung akan merasa tertarik jika barang tersebut menawarkan sesuatu keunikan dan memberikan kesan yang baik.
Hal itu bisa dilakukan saat ini adalah: Pertama, adalah pembangunan dan penambahan fasilitas yang cukup memadai bagi pengunjung. Karena mengingat objek wisata ditempat lain persaingannya juga semakin ketat, pengunjung juga sangat selektif memilih objek yang akan dikunjungi.
Kedua, menganalkan kembali objek tersebut kepada masyarakat, pengenalan ini tentuya mencakup promosi maupun sosialisasi terus menerus dengan model menjemput bola, tidak hanya menunggu pengunjung yang datang.
Ketiga, memberikan trust (kepercayaan) yang baik, dalam konteks ini bisa mencakup pengelolaan yang baik, pelayanan yang memuaskan maupun memeberikan kesan hangat kepada pengunjung.
Dengan begitu pengunjung akan merasa nyaman dan senang dengan faslitas yang ditawarkan, karena biasanya kesan pertama sangat menentukan ketertarikannya, dengan harapan setelah berkunjung selesai mengunjungi, kemudian bercerita kepada orang lain mengenai kesan wisata ini, seperti pepatah "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung".
Ya. Semoga dengan semua harapan dan perhatian ini bisa segera ditindak lanjuti oleh yang berwenang. Minimal tidak hanya api abadinya yang terus berkobar, tetapi kobaran semangat kebanggan memiliki wisata alam yang unik ini juga terus ada.
(Amin Fauzi, Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Syar'ah IAIN Walisongo Semarang dan MAntan Pemimpin Redaksi Surat Kabar (SKM)AMANAT IAIN Walisongo)
Rabu, November 05, 2008
Api Mrapen, Wisata Berbasis Budaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar